Damai Penyelesaian Terbaik
Persoalan di jalan seperti nyerempet, senggolan atau menabrak sangat mungkin terjadi. Apalagi dalam kondisi jalanan seperti sekarang ini. Tidak boleh ada ruang sejengkal, pasti akan ditutup oleh pengendara lain.
Perilaku berkendara jadi agresif, yang jadi persoalan bagaimana penyelesaian damai jika terjadi hal yang tidak diinginkan?
Simak kasus nyata di Jl. Tanah Merah Koja Jakarta utara. Tunggul Putra (21) melintas di jalan pemukiman. Tanpa sempat melakukan pengereman, ia menabrak Diken Ardiansyah, kontan Diken berteriak. Melihat hal itu, Ramija, ayah anak malang itu keluar rumah. "Saya keluar begitu anak menjerit, ia seperti mau kabur," jelas Ramijan yang ditahan di polsek Koja, Jakarta Utara. Melihat buah hatinya kesakitan, tanpa pikir panjang lagi, Ramija kontan memukuli Tunggul. Sayangnya, akibat pukulan itu, Tunggul terkapar dan meninggal. Tersangka dikenai pasal 351 (KUHP). Penganiayaan berat dengan hukuman maksimal hingga 7 tahun.
Menilik kasus ini, menjadi pelajaran menarik bagi bikers semuanya. Walau kita berhati-hati kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti senggolan motor bisa terjadi. Pengendara harus sadar bahwa penyelesaian terbaik dengan berdamai, menurut saya. Jangankan melukai apalagi sampai pada penganiayaan berat hingga kematian. Dari omongan saja, jika lawan kita tidak senang bisa jadi urusan. Makanya, sabar jauh lebih baik.
Pada kasus seperti yang dialami Tunggul, tendensi korban (Tunggul) ingin kabur bisa memaksa pelaku (ayah korban) naik pitam. Jadi semestinya tetap tenang berbicara santun. Bagaimana menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Kalau tidak bisa diselesai, sebaiknya minta bantuan ke petugas kepolisian.
Berpikir seribu kali:
Saya yakin Ramija tak punya maksud melukai apalagi membunuh, ia tak sadar bahwa manusia memiliki titik mematikan saat terpukul. Ia juga tak akan berpikir bahwa sang korban mungkin punya riwayat kesehatan yang membuatnya rentan mininggal saat terkena pukulan. Titik mematikan seperti kepala, leher, bagian dada, ulu hati dan sekitar kemaluan misalnya, bisa mengakibatkan kematian saat terkena, juga waspadai bagian belakang seperti tulang punggung, jangan sampai terkena pukulan, Istilahnya jangan pukul dari belakang, misalnya bukan istilah semata tapi karena bagian belakang sangat rawan.
Disinilah lahir hikmah dan pelajaran berharga. Sang ayah menghadapi masalah pelik yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, jika saja ia berkepala dingin akibatnya tak akan separah ini. Moga ada hikmahnya buat para biker.
Perilaku berkendara jadi agresif, yang jadi persoalan bagaimana penyelesaian damai jika terjadi hal yang tidak diinginkan?
Simak kasus nyata di Jl. Tanah Merah Koja Jakarta utara. Tunggul Putra (21) melintas di jalan pemukiman. Tanpa sempat melakukan pengereman, ia menabrak Diken Ardiansyah, kontan Diken berteriak. Melihat hal itu, Ramija, ayah anak malang itu keluar rumah. "Saya keluar begitu anak menjerit, ia seperti mau kabur," jelas Ramijan yang ditahan di polsek Koja, Jakarta Utara. Melihat buah hatinya kesakitan, tanpa pikir panjang lagi, Ramija kontan memukuli Tunggul. Sayangnya, akibat pukulan itu, Tunggul terkapar dan meninggal. Tersangka dikenai pasal 351 (KUHP). Penganiayaan berat dengan hukuman maksimal hingga 7 tahun.
Menilik kasus ini, menjadi pelajaran menarik bagi bikers semuanya. Walau kita berhati-hati kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti senggolan motor bisa terjadi. Pengendara harus sadar bahwa penyelesaian terbaik dengan berdamai, menurut saya. Jangankan melukai apalagi sampai pada penganiayaan berat hingga kematian. Dari omongan saja, jika lawan kita tidak senang bisa jadi urusan. Makanya, sabar jauh lebih baik.
Pada kasus seperti yang dialami Tunggul, tendensi korban (Tunggul) ingin kabur bisa memaksa pelaku (ayah korban) naik pitam. Jadi semestinya tetap tenang berbicara santun. Bagaimana menyelesaikan persoalan ini dengan baik. Kalau tidak bisa diselesai, sebaiknya minta bantuan ke petugas kepolisian.
Berpikir seribu kali:
Saya yakin Ramija tak punya maksud melukai apalagi membunuh, ia tak sadar bahwa manusia memiliki titik mematikan saat terpukul. Ia juga tak akan berpikir bahwa sang korban mungkin punya riwayat kesehatan yang membuatnya rentan mininggal saat terkena pukulan. Titik mematikan seperti kepala, leher, bagian dada, ulu hati dan sekitar kemaluan misalnya, bisa mengakibatkan kematian saat terkena, juga waspadai bagian belakang seperti tulang punggung, jangan sampai terkena pukulan, Istilahnya jangan pukul dari belakang, misalnya bukan istilah semata tapi karena bagian belakang sangat rawan.
Disinilah lahir hikmah dan pelajaran berharga. Sang ayah menghadapi masalah pelik yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, jika saja ia berkepala dingin akibatnya tak akan separah ini. Moga ada hikmahnya buat para biker.